Kawasan Hutan Wehea Kutai Timur Konservasi Terbaik Ketiga Dunia

Kawasan hutan Wehea Kutai Timur Konservasi Terbaik Ketiga DuniaSANGATTA - Kawasan hutan Wehea, Kutai Timur telah menjadi kawasan konservasi terbaik ketiga dunia. Hal ini karena kawasan eks hutan produksi tersebut bisa berkembang dengan keanekaragaman dan kelestarian flora dan faunanya menjadi kawasan konservasi. Selain itu, telah tumbuh penjagaan mandiri dari masyarakat adat di sekitar kawasan.

Namun hingga saat ini kawasan Wehea masih berstatus sebagai hutan produksi dan belum berubah fungsi menjadi hutan lindung. Predikat sebagai hutan lindung barulah disematkan dari sisi kesepakatan sosial dan politik lokal. Karena itu berbagai stakeholder akan memperjuangkan legalitas kawasan menjadi hutan lindung.

Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kutim, Didi Suryadi, Rabu (18/8), di sela lokakarya tentang Hutan Lindung Wehea di Kantor Bupati Kutim. "Saat ini kami sedang membuat renstra 5 tahun ke depan. Sekaligus mengevaluasi beberapa masalah yang belum terselesaikan, seperti status kawasan dan kelembagaan," katanya.

Didi, yang juga Ketua Badan Pengelola Hutan Lindung Wehea, mengatakan pihaknya akan terus mendorong legalitas kawasan menjadi hutan lindung. Terutama dengan membangun komunikasi dengan Departemen Kehutanan RI.

Selain itu, akan terus diupayakan penggalangan dana abadi untuk keberlanjutan pengelolaan hutan lindung. "Karena selama ini dana yang terkumpul hanya cukup untuk biaya operasional tahunan," katanya. Ia juga menjelaskan beberapa langkah strategis selanjutnya. Di antaranya pengembangan kawasan menjadi tiga fungsi pokok, yaitu hutan penelitian, fungsi sosial kemasyarakatan, dan fungsi ekowisata.

"Untuk kepentingan tersebut, maka kegiatan penelitian dan penggalian potensi yang terdapat di kawasan menjadi kegiatan utama yang perlu dilakukan. Salah satunya dengan identifikasi pohon pakan orangutan dan keanekaragaman hayati," katanya. Plus, bersama SKPD terkait akan menindaklanjuti program desa budaya dan konservasi untuk pengembangan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat Wehea.

Untuk evaluasi sejak tahun 2005 sampai 2010, Didi menyebutkan pihaknya telah melakukan berbagai hal. Mulai dari menjamin kepastian dan keamanan kawasan, pengembangan kawasan dengan berbagai sarana dan prasarana, mewujudkan lembaga pengelola yang independen, kelestarian fungsi, mendorong peran serta masyarakat, serta membangun jaringan. (khc)

Sumber: TribunKaltim (18 Agustus 2010)
SHARE WhatsApp

Borneo Terkait

Posting Komentar