Menurutnya, kondisi geografis Maratua membuat pemkab memikirkan alternatif penghasilan lainnya, seperti yang diterapkan bagi masyarakat Biduk-biduk, Batu Putih, dan Talisayan. Saat laut selatan atau utara, warga yang biasa melaut beralih profesi sebagai petani.
“Untuk masyarakat Maratua ini tidak bisa. Kami telah memikirkan budidaya keramba kerapu pilihan tepat,” ujarnya saat berdialog dengan puluhan warga Maratua di aula kecamatan, Rabu (2/8) malam.
Menurutnya, bukan hanya keramba kerapu saja yang bakal budidaya, keramba udang lobster atau rumput laut juga bisa dimanfaatkan. Hasil survei yang dilakukan pemkab, budidaya keramba itu sangat tepat dilakukan di Kampung Teluk Alulu. Pasalnya, kondisi air laut di kampung itu cukup tenang.
Dikatakan Wabup, budidaya keramba membawa keuntungan yang cukup menjanjikan. “Berapa harga kerapu atau lobster per kilonya. Demikian juga dengan rumput laut. Sekali panen diprediksikan bisa mencapai Rp 10 juta,” tutur Wabup.
Usulan Wabup itu didukung sejumlah tokoh masyarakat. Pengembangan budidaya keramba di Teluk Alulu memang menjanjikan. Namun, mereka masih terkendala untuk pengembangan usaha itu. Diharapkan, pemkab bisa membantu warga.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Berau (Borneo) Anwar mengatakan, daftar bantuan itu masih dalam tahap proses. “Pemenang terdernya sudah ditetapkan, tinggal disalurkan ke masyarakat, di dalamnya ada bantuan jaring dan mesin kapal,” ucapnya.
Di samping itu, Bupati Makmur HAPK bersama Wabup juga menyempatkan diri meninjau sejumlah proyek di Maratua, di antaranya pembangunan poros jalan antara Kampung Bohe Bukut dan Payung-payung.
Melihat hasil tinjauan itu, Bupati mengatakan, banyak potensi di berbagai sudut pulau yang bisa dikembangkan untuk pariwisata. Namun, Bupati menekankan kepada warga jangan seenaknya menyerahkan lahan kepada investor, khususnya investor asing. (bm3)
Sumber : KaltimPost.co.id (04 September 2009)
Posting Komentar
Posting Komentar